Laman

Kamis, 22 Januari 2015

MENAHAN MARAH TERNYATA ADA PAHALANYA

Manusia diharuskan meredam amarahnya saat dibakar api kemarahan.Untuk itu, diperlukan jihad memerangi hawa nafsu (jihad an-nafs). Dalam hal ini, siapa saja yang mampu menahan amarahnya, mendapatkan pahala besar di sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman :

" Bersegeralah kamu kepada ampuanan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang dusediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Al-Imran:133-134)

Orang yang mampu mengendalikan amarahnya dan tidak pernah berniat membalas dendamterhadap orang yang mengusiknya, lalu bersabar dan menahan amarahnya demi megharap ridha Allah SWT, akan memperoleh pahala besar di sisinya. Karena Allah SWT menggolongkan orang0orang yang mampu menahan amarahnya dan memafkan kesalahan orang lain sebagai orang-orang bertaqwa.

Agar mampu menahan amarah, seseorang harus berlatih agar tidak mudah menyerah kepada setan kemarahan. Caranya adalah dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan tatkala emosinya memuncak.




Read More

ETIKA MEMBERI SALAM

Melalui hadis-hadisnya, Rasulullah SAW menentukan etika salam diantara sesama. Jabir Bin Abdillah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah  SAW bersabda :

"Pengendara memberi salam kepada pejalan kaki, pejalan kaki memberi salam kepada yang duduk, dan jumlah yang sedikit memberi salam kepada jumlah yang banyak." (HR. Bukhari Muslim)

Itu artinya, orang yang memulai salam lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Pada suatu hari, Rasulullah SAW ditanya " Wahai Rasulullah, dua orang bertemu, maka siapakah yang harus memulai salam?" Nabi SAW menjawab, " Orang yang paling berhak mendapatkan rahmat Allah SWT adalah yang memulai salam."

Sa'ad bin Muadz meriwayatkan dari ayahnya bahwa Rasulullah SAW bersabda " Sudah sepatutnya orang yang berdiri didepan jamaah untuk memberi salam kepada mereka, dan sepatutnya orang yang beranjak dari majelis untuk memberi salam."

Dari pernyataan hadis diatas dapat kita peroleh kesimpulan sebagai berikut:
  • Pengendara kendaraan yang berpapasan dengan pejalan kaki sebaiknya yang terlebih dahulu memberi salam.
  • Pejalan kaki yang bertemu dengan yang duduk sebaiknya terlebih dahulu memberi salam.
  • Rombongan yang berjumlah sedikit  terlebih dahulu memberi salam kepada yang banyak.
  • Yang paling pertama memberi salam adalah manusia yang memperoleh rahmat Allah SWT.
  • Pembicara wajib memberi salam kepada Audiensnya terlebih dahulu.




Read More

MENJADI MANUSIA BERAKHLAQ AL-QUR'AN

Aisyah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra pernah ditanya tentang akhlaq nabi, ia menjawab dengan singkat dan padat "akhlaqnya adalah Al-Qur'an". Di lain kesempatan , Aisyah pernah menjawab ketika diberikan pertanyaan yang sama " Akhlaq nabi terkandung dalam sepuluh ayat surah Al-Mu'minun :

" Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataaan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Siapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanatnya (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi , (yakni) mewarisi surga firdaus. Mereka kekal didalamnya" (Qs al-Mu'minun [23]: 1-11)

berdasarkan hadis diatas ciri-ciri manusia yang berakhalaq mulia tidak bukan adalah ciri-ciri orang yang beriman ,yang senantiasa khusu' dalam shalat, dan menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna serta mejaga kehormatannya.

Sebagai suri tauladan yang diutus ke muka bumi ini rasulullah merupakan contoh manusia yang berakhlaq Al-Qur'an, begitu mulianya akhlaq beliau Aisyah pernah berkata tentang akhlaq rasulullah SAW : 
" Allah memuji bahwa beliau berakhlaq luhur. Sungguh tidak ada pujian lagi diatas pujian Allah"




Read More